Teruntuk mimpi yang mulai mati
Pergilah bersama mentari
Terbang indah diatas pelangi
Menjauhlah dan pergi...
Kukagumi kedatangannya
Namun, tak kuratapi kepergiannya
Kelak ia akan kembali
Meski akhirnya kan berlalu lagi...
Roganda
Minggu, 11 Agustus 2019
Berlalu lagi
Rabu, 22 Mei 2019
Rindu
Ini bukan tentang siapa-siapa
Ini hanya tentang rindu yang menganggu pikiranku
Hingga mampu membuat kata tanpa baku
Aku tak tahu yang aku tulis ini apa
Sajak tanpa makna?
Kata tanpa arah?
Aku hanya mengikuti imajinasiku
Mengingat tentang seseorang dimasa lalu
Membawaku ke waktu dulu
Aku yakin ini rindu
Hanya sekedar rindu
Dia tetaplah masa lalu
Yang indah pada masa itu
Hujan
Aku hanya sebatas hujan
Yang terus merintik, hanya untuk membuat dia tertarik.
Selalu bersikap semanis gerimis, bahkan setelah berkali-kali ditepis.
Juga tidak pernah lelah menderas, meski sama sekali tak dapat balas.
Sungguh...
Cinta ini bukan hanya menjadi ketidakadilan untukku. Lebih dari itu, aku tersakiti begitu jauh.
Sampai tidak bisa membedakan apakah yang sedang kujalani adalah serangkai cerita, atau sekedar sebuah pengalaman terluka?
Tapi walaupun menjadi hujan adalah patah hati terbesarku, semua itu tidak akan membawa pengaruh, tidak pula mengubah sesuatu.
Sebab, ujung-ujungnya aku tetaplah aku.
Si hujan yang cuma tahu satu,
"Jatuh "
Selasa, 21 Mei 2019
Tentang Rasaku
Betapa hal kecil yang dilakukan seseorang bisa memberikan dampak yang besar bagi orang lain. Aksi tidak selalu sama dengan reaksi, hukum kekekalan energi itu tidak berlaku untuk masalah hati. Setidaknya begitu yang ku alami. Ketika seseorang merasa apa yang ia lakukan adalah hal yang biasa saja, orang tersebut tidak pernah tau bahwa hasil dari apa yang ia lakukan memberikan efek yang begitu membekas bagi orang lain. Maka, bagaikan sebuah katalis, tatapan kamu membuat senyawa dalam tubuh aku bereaksi lebih cepat dari biasanya. Metabolisme dalam hatiku berlangsung lebih kencang dari biasanya. Dan, ketika aku tersadar, aku mencoba untuk meredam itu. Aku belum menginginkan perasaan semacam ini...
Pada Paragraf Yang Begitu Singkat
Pada paragraf yang begitu singkat
Kau sempat menulis luka
Disana kau dan aku dahulu dengan tabah
Menyusun huruf demi huruf sambil
Belajar membuat narasi yang indah.
Padahal akhir cerita tak bersahabat
Dengan waktu dan rindu disela kata
Terlalu lemah untuk patuh kepada air matamu
Tak ada jeda untuk kau tinggal disini
BIARKAN AKU MEMBIARKANMU PERGI
Pada paragraf yang begitu singkat
Ada ingatan yang berkarat
Disana, aku dan kau terperangkap
Dalam kalimat pasif yang tak paham
Bagaimana cara menunggu, sedangkan
Cintamu telah luput dititik terdekat,
Dan langkahku telah lumpuh
Ditanda tanya terjauh.
Tak ada celah untukku pergi dari sini
BIARKAN AKU MEMBIARKANMU KEMBALI
Kamu
Saat malam menjelang
Jadilah rembulan yang terang
Dikala bintang dipelukan sang malam
Ia menjanjikan begitu banyak perlindungan
Dalam heningnya sepertiga malam
Kupinjam satu nama untuk diperbincangkan
Ya...
Kamu...
Yang selalu aku harapkan.
Aku Ingin Mencintai Dan Melupakan Mu Dengan Sederhana
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
seperti embun hinggap ditepian daun dan
tanah yang sabar menyambutnya jatuh
tapi aku ingin melupakanmu.
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
seperti mata yang berkedip menyambut pagi
dan daun jendela yang mengintip matahari
tapi aku ingin melupakanmu.
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
seperti gerimis pada jendela dan
uap namamu menulis nama "kita"
tapi aku ingin melupakanmu.
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
seperti waktu yang tak pernah berhenti
dan senyummu yang mengabadikannya
tapi aku ingin melupakanmu
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
seperti sebuah peluk yang sebentar
dan satu kecup yang perlahan saja
tapi aku ingin melupakanmu
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
seperti kata "rindu" yang kuucap dan kau balas dengan aku juga
Aku ingin melupakanmu dengan sederhana
sesederhana air mata yang mengalir
sesederhana genggam tangan yang terlepas
tapi aku ingin melupakanmu.